Disusun oleh:
1. Azka Lailatu Sa’adah (124211001)
2. Luk-Luk Atul Fuah (124211002)
3. Ainul Azhari (124211005)
Para sarjana yang menaruh minat terhadap kajian mengenai masyarakat Jawa
selalu mengenal dengan baik istilah santri dan abangan itu. Istilah dan konsep
santri dan abangan telah terkenal dan sering dipakai dalam karya-karya para
sarjana tentang sejarah politik dan masyarakat Jawa. Di samping para pengarang
bangsa Indonesia, Clifford Geertz ahli antropologi bangsa Amerika yang
terkemuka, menggunakan kedua istilah tersebut secara luas dalam bukunya, “The
Religion of Java” pengkajian yang sistematis terhadap konsep santri dan
abangan.
Clifford Geertz menyebut bahwa pandangan dunia Jawa adalah agama Jawa,
baik sebagai agama abangan, agama santri, maupun agama priyayi, menurut
lapisan-lapisan dalam masyarakat. Itulah sebabnya Suseno menjelaskan bahwa
dalam pandangan dunia Jawa ada empat lingkaran bermakna, yaitu pertama, adalah
sikap terhadap dunia luar yang dialami sebagai kesatuan kepercayaan ukhrowi
antara alam, masyarakat, dan alam adikodrati yang keramat, serta dilaksanakan
dalam kegiatan ritual tanpa refleksi eksplisit terhadap dimensi batin sendiri
(secara kental dan kuat dalam lapisan masyarakat desa) ini seperti yang
diungkapkan oleh Greetz sebagai agama abangan. Yang kedua, memuat penghayatan
kekuasaan politik sebagai ungkapan alam numinus (ukhrowi, adikodrati). Yang
ketiga yaitu berpusat pada pengalaman tentang keakuan sebagai jalan ke
persatuan dengan Yang Maha Kodrati. Yang keempat, penentuan semua lingkaran
pengalaman oleh Yang Illahi, oleh takdir (Suseno, 1999:84) .
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kepercayaan
masyarakat Jawa antara alam, masyarakat, dan alam adikodrati?
2. Bagaimana
penghayatan kekuasaan politik masyarakat Jawa?
III.
PEMBAHASAN
a. Alam Numinus
Numinus berasal dari kata bahasa Latin “numen” yang artinya cahaya;
Inggris “numinous”; dan Arab “nur”. Dari runutan fenomenologis agama, numinous
mengacu pada pengalaman religious yang menunjukkan zat Allah dan dapat
dikatakan sebagai kepercayaan ketuhanan (monoteis). Geertz (1969:118)
menjelaskan, yang intinya berarti “Yang Ilahi” atau “Yang Kodrati”. Cirri-ciri
pandangan dunia ini ialah penghayatan terhadap masyarakat, alam, dan alam
kodrati sebagai kesatuan yang tak terpecahkan. Dan dari kelakuan yang tepat
terhadap kesatuan itu tergantung keselamatan manusia.
Pandangan dunia Jawa termaktub pada lingkaran pertama (menurut istilah
Suseno), yaitu dunia luar dihayati sebagai lingkungan kehidupan individual yang
homogeny, serta di dalamnya Allah selalu memberikan keselamatan. Kata selamet merupakan kata kunci dalam
segala perilaku hidup, yang oleh Koentjaraningrat (1960:95) digambarkan sebagai
“a state in which events will run their fixed course smoothly and nothing
untoward will happen to anyone”.
Untuk mencapai keselarasan dunia, seseorang harus memegang kata selamet terutama yang dipegang teguh
oleh para petani, yaitu kaum yang sederhana baik di desa maupun di kota. Inilah
yang merupakan penghayatan masyarakat terhadap alam, yaitu alam Ilahiah sebagai
satu kesatuan, sehingga dari kepercayaan ini akan ditemukan keselamatan.
b. Masyarakat
Pandangan dunia Jawa tentang kehidupan mengatakan bahwa antara
masyarakat dan alam merupakan lingkup kehidupan orang Jawa sejak lahir.
Terjadinya masyarakat mula-mula dari sebuah keluarga kecil, tetangga, baik yang
dekat maupun yang jauh, dan akhirnya seluruh desa. Lingkungan ini diatur dengan
norma dan adat yang nantinya mereka akan menemukan identitas dan keamanan jiwa.
Bila anggota masyarakat terpisah dari aturan di atas, maka mereka merasa
dikucilkan.
Lewat sebuah masyarakat mereka melakukan hubungan antar sesama serta
dengan alam. Di samping alam kehidupan sering memberikan tantangan, hambatan,
dan ancaman. Di lain pihak juga memberikan ketenangan, dan keselamatan hidup dan
membuktikan bahwa seluruh kehidupan ternyata eksistensinya tergantung pada
alam.
c. Alam Adikodrati
Alam inderawi bagi
masyarakat Jawa merupakan ungkapan alam gaib, yaitu misteri berkuasa yang
mengelilinginya, dan darinya akan diperoleh eksistensinya, sebab alam merupakan
ungkapan kekuasaan yang menentukan kehidupan yang penting, misalnya kelahiran,
tetesan, khitanan, pernikahan, kehamilan, proses penuaan, dan kematian.
Penduduk Jawa yang
sederhana (petani) setelah menemukan identitasnya secara kelompok, akan
bersama-sama mengarungi hidup yang berhadapan dengan alam sebagai perwujudan
pengakuan kepada kekuasaan Ilahiah yang menentukan kehidupan seluruhnya. Apakah
ternyata panennya berhasil karena kekuatan alam saja? Realitanya adalah, mereka
masih mempunyai kepercayaan bahwa di balik semuanya ada kekuatan Yang Maha
Kuat, yaitu kekuatan Adikodrati.
Pandangan dunia Jawa, begitu bagi orang Jawa alam empiris sangat erat
hubungannya dengan alam ghaib (metempiris), keduanya saling meresapi, artinya
alam empiris selalu sudah diresapi alam gaib. Praktik kepekaan dimensi gaib
dunia empiris menemukan ungkapan dalam berbagai warna ritual kehidupan.
Budaya politik
merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara,
penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat
istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat
setiap harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai
bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat
seluruhnya.[4]
Dalam membahas golongan santri dan abangan sebagai kekuatan-kekuatan
social politik di Indonesia masa kini, khususnya di Jawa, perlulah orang
meninjau zaman terakhir kekuasaan penjajahan Belanda di Indonesia yang ditandai
oleh pertumbuhan cepat kesadaran diri secara politik sebagai hasil perubahan
social dan ekonomi, dampak pendidikan gaya Barat, serta gagasan aliran
pembaruan Islam dari Mesir.
Bukti-bukti sejarah telah menunjukkan bahwa Islam dan politik telah
terjalin satu sama lain selama proses pengislaman di pulau Jawa. Kyai dan
ulama’ sejak semula merupakan inti peradaban santri. Keduanya juga menjadi
unsure social khas dalam masyarakat Jawa. Pengaruhnya besar sekali pada
kehidupan relijius, social, dan politik di Jawa, malahan di seluruh Indonesia.
“Sejarah Islam di Indonesia adalah sejarah meluasnya peradaban santri”, kata
H.J. Benda, dan dampaknya pada kehidupan relijius, social, dan politik di
Indonesia. Sebagai akibat menonjolnya Islam di Jawa, maka kyai dan ulama’
kemudian memainkan peranan politik yang semakin penting di bagian pedesaan
pulau Jawa, bukan saja secara jumlah, melainkan juga secara psikologi dan
ekonomi.
IV.
KESIMPULAN
Orang Jawa berpandangan bahwa dunia luar dihayati sebagai lingkungan kehidupan individual yang
homogeny, serta di dalamnya Allah selalu memberikan keselamatan. Kata selamet merupakan kata kunci dalam
segala perilaku hidup.
Pandangan
dunia Jawa tentang kehidupan mengatakan bahwa antara masyarakat dan alam
merupakan lingkup kehidupan orang Jawa sejak lahir. Masyarakat Jawa berawal
dari sebuah keluarga kecil, kemudian keluarga tetangga baik tetangga jauh
maupun dekat, lalu berkembang lagi menjadi sebuah desa dan akhirnya menjadi
kota. Lewat masyarakat mereka melakukan hubungan sosial yang berlanjut pada
hubungan bersama dengan alam.
Penduduk Jawa setelah menemukan identitasnya
secara kelompok, akan bersama menjalani hidup
yang berhadapan dengan alam sebagai perwujudan pengakuan kepada
kekuasaan Ilahiah yang menentukan kehidupan seluruhnya. mereka mempercayai bahwa di balik semuanya
ada kekuatan Yang Maha Kuat, yaitu kekuatan Adikodrati.
Ada
beberapa kepercayaan dan adat istiadat asli yang berangsur-angsur tersingkir
sepanjang perjalanan zaman,tetapi banyak diantaranya tetap seperti dahulu.
Itulah sebabnya mengapa keberadaan
santri dan abangan merupakan faktor yang
tak
dapat di tinggalkan dalam
masyarakat muslimin di jawa
Meskipun
orang santri dan abangan memainkan perang politik yang semakin penting di
jawa,maka persainga antara kekuatan politik islam berupa santr dengan kekuasaan
politik non religious berupa abangan menjadi salah satu faktor tentu bagi
sejarah sosial dan politik jawa di Negara Indonesia merdeka.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun, penulis
menyadari dalam makalah ini masih banyak kesan kekurangan dan jauh dari kesan
sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang kontruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalh kami
selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membaca
dan membahasnya.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
H.M. Amin Darori,
dkk, Islam & Kebudayaan Jawa, Gama
Media, Yogyakarta 2000
Muchtarom Zaini, Islam di Jawa Dalam Perspektif Santri dan
Abangan, Salemba Diniyah, Jakarta 2002
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_politik
No comments:
Post a Comment
Pembaca Yang Baik Selalu Meninggalkan Jejak Yang Baik :)
Jangan Lupa Like Dan Komentarnya :)