Disusun Oleh:
Azka Lailatu Sa’adah (124211001)
Ainul Azhari (124211005)
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak
nikmat kesehatan fisik maupun psikis yang tak ternilai harganya. Dia pulalah
yang telah berfirman agar kita semua menjalankan ibadah puasa yang di dalamnya mengandung
hikmah positif bagi kesehatan.
يآ
أيّها الّذين آمنُوا كُتِبَ عَليْكُمُ الصِّيامُ كما كُتِبَ على الّذين مِن قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang
yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Rasulullah Muhammad saw. yang telah memerintah kita untuk berpuasa agar
menjadi sehat. “Shuumuu tashihhu. Berpuasalah kamu, agar kamu sehat.”
(HR. Bukhari).
Puasa merupakan rangkaian aktivitas yang istimewa. Pada saat
berpuasa, terutama saat bulan Ramadhan kita dilatih untuk jujur pada diri
sendiri. Puasa juga merupakan awal untuk memperbaharui jiwa kita yang telah
terjangkiti penyakit, baik fisik maupun mental. Dengan kata lain, puasa bisa menghadirkan kesehatan
yang paripurna bagi fisik dan mental, tanpa melalui terapi, obat-obatan, dan
proses medis lainnya.
Dalam makalah ini kami insyaallah akan membahas tentang puasa dan
manfaat atau hikmahnya dalam kesehatan fisik dan mental.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian puasa?
2.
Apa saja keutamaan-keutamaan dalam puasa khususnya dalam bulan Ramadhan?
3.
Apa hikmah berpuasa bagi kesehatan fisik dan mental?
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Puasa
Secara etimologis, puasa berarti menahan. Allah swt. menceritakan
apa yang harus dikatakan Maryam,
فَكُلِي
وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا. فَإِمَّا
تَرَيِنَّ مِنَ اْلبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَانِ صَوْمًا
فَلَنْ أُكَلِّمَ اْليَوْمَ إنْسِيٍّا
“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari itu,” (QS. Maryam [19]: 26).[1]
Secara
terminologis, Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, dan hasrat seksual mulai terbit
fajar hingga terbenam matahari.[2]
Dalam Islam,
puasa adalah rukun Islam yang ketiga yang wajib dilaksanakan seorang muslim
yang mukallaf, bentuknya dengan menahan diri dari segala yang membatalkannya
mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dan wajib dilakukan sesuai
dengan syarat, rukun, dan larangan yang telah ditentukan.[3]
Secara syara’, dalam kitab Fathul Qorib dijelaskan bahwa:
Artinya, secara
syara’, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa, dengan
niat tertentu, mulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.
B.
Keutamaan-keutamaan dalam Puasa[5]
Puasa pada bulan Ramadhan memiliki keutamaan-keutamaan sebagai
berikut:
1.
Menghapus dosa
Puasa
Ramadhan, bila dikerjakan dengan iman dan ikhlas, bukan saja akan mendatangkan
pahala yang berlipat ganda, tapi juga akan menghapuskan berbagai dosa, baik yang
terlanjur kita kerjakan di masa lalu maupun yang akan datang. Rasulullah saw.
bersabda, “Barangsiapa puasa Ramadhan dengan (didasari) keimanan dan
semata-mata mengharap Ridha-Nya, maka akan diampunkan dosa-dosanya di masa
lalu” (HR. Bukhari Muslim). Dalam riwayat lain ada tambahan “wa
ta-akkhara”, dan dosa-dosa yang akan datang.
2.
Ibadah istimewa
Puasa
adalah salah satu ibadah yang mempunyai kedudukan istimewa di sisi Allah. Di
samping ia merupakan benteng yang ampuh bagi pelakunya dalam menangkal hawa nafsu,
puasa juga merupakan satu-satunya ibadah yang benar-benar murni dan tulus
karena Allah. Seperti dalam hadits qudsi berikut:
“Rasulullah
SAW. bersabda: Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Semua amalan anak Adam (bisa
kembali) kepadanya kecuali puasa. Maka, sesungguhnya puasa itu tulus bagi-Ku,
dan Aku sendirilah yang akan membalasnya. (Selain itu) puasa (juga) sebagai
benteng. Karena itu, jika salah seorang dari kamu berpuasa, janganlah berkata
kotor dan jangan pula mengacau. Lalu, jika ada seseorang yang memaki atau
memusuhinya, hendaklah ia (cukup) menjawab: “Sesungguhnya aku sedang
berpuasa!”… (HR. Bukhari
dan Muslim)
3.
Hikmah utama
Sebagaimana
telah dimaklumi, bahwa dihadirkannya manusia di bumi tak lain adalah untuk
mengabdi kepada Allah Sang Pencipta. Karena itu, nilai dan harkat manusia
sangat ditentukan oleh kapasitas peribadatannya. Setiap peribadatan (ibadah mahdhah)
dalam Islam mempunyai nilai pembentukan akhlak. Dan akhlak inilah nilainya bagi
manusia.
Puasa
(Ramadhan) merupakan pembinaan akhlak yang dilakukan selama satu bulan, dan
rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Semua proses dalam puasa selama sehari
selama satu bulan penuh ini sangat efektif untuk pembinaan akhlak dan pribadi
manusia, bila benar-benar diamalkan secara ikhlas.
C.
Hikmah Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Sesungguhnya hakikat dari berpuasa adalah untuk menahan hawa nafsu,
yang mana hawa nafsu tersebut adalah musuh setiap insan yang bertakwa. Dan dari
puasa itu, ada banyak sekali hikmah yang bisa ditemukan dan dikaji, khususnya
dalam hal fisik, yaitu menyehatkan fisik manusia, juga dalam masalah kejiwaan.
Beberapa hikmah yang telah diteliti dan dibuktikan kebenarannya adalah sebagai
berikut.
Ø Hikmah puasa
bagi kesehatan fisik
Puasa ditinjau dari kesehatan fisik, banyak mengandung hikmah atau
manfaat[6].
Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat”.[7]
Manfaat puasa bagi kesehatan dapat dibuktikan secara empiris
ilmiah, meski harus menahan makan dan minum sekitar 12-24 jam. Apabila orang
lapar, perutnya akan memberikan reflex ke otak secara fisiologis. Dengan adanya
pemberitahuan tadi, otak akan memerintahkan kelenjar perut untuk mengeluarkan
enzim pencernaan. Zat inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri, khususnya bagi
penderita maag. Tapi, bagi orang yang berpuasa, rasa sakit tersebut tak timbul
karena otak tidak memerintah kepada kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim
tadi.[8]
Dari berbagai penelitian, berpuasa terbukti memberi kesempatan
beristirahat bagi organ pencernaan, termasuk system enzim maupun hormon. Dalam
keadaan tidak berpuasa, system pencernaan dalam perut terus aktif mencerna
makanan, hingga tak sempat beristirahat. Dan, ampas yang tersisa menumpuk dan
bisa menjadi racun bagi tubuh. Selama berpuasa, system pencernaan akan
beristirahat dan memberi kesempatan bagi sel-sel tubuh khususnya bagian
pencernaan untuk memperbaiki diri.[9]
Dr. Muhammad Al-Jauhari seorang guru besar dari Universitas
Kedokteran di Kairo mengatakan bahwa puasa dapat menguatkan pertahanan kulit,
sehingga dapat mencegah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman-kuman besar
yang masuk dalam tubuh manusia.[10]
Puasa juga bisa menghindarkan kita dari potensi terkena serangan
jantung. Karena puasa akan mematahkan terjadinya peningkatan kadar hormone
katekholamin dalam darah karena kemampuan mengendalikan diri saat berpuasa.[11]
Ø Hikmah puasa
bagi kesehatan psikis (kejiwaan)
Puasa merupakan sarana yang efektif untuk merenovasi jiwa-jiwa yang
hamper terperosok ke dalam lubang-lubang keingkaran, mensucikan diri dari
lumuran dosa-dosa jahiliyah. Dengan kata lain, puasa yang tepat akan bisa
mengangkat seseorang yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya
sebagai manusia itu sendiri.[12]
[13]Selain hukumnya wajib, puasa juga dapat menjadi sarana latihan agar
mampu mengendalikan diri, menyesuaikan diri, serta sabar terhadap
dorongan-dorongan atau impuls-impuls agresivitas yang datang dari dalam diri.
“Ini (merupakan) salah satu hikmah puasa di bidang kesehatan jiwa,” kata Dr.
dr. H. Dadang Hawari.
Menurut Dadang Hawari (1995), dalam setiap diri manusia terdapat
naluri berupa dorongan agresivitas yang bentuknya bermacam-macam, seperti
agresif dalam arti emosional, contohnya mengeluarkan kata-kata kasar, tidak
senonoh dan menyakitkan hati (verbal abuse).
Salah satu ciri jiwa yang sehat adalah kemampuan seseorang untuk
mengendalikan diri. Pengendalian diri atau self control amat penting
bagi kesehatan jiwa sehingga daya tahan mental dalam menghadapi berbagai stress
kehidupan meningkat karenanya. Saat berpuasa, kita berlatih kemampuan
menyesuaikan diri terhadap tekanan tersebut, sehingga kita menjadi lebih sabar
dan tahan terhadap berbagai tekanan.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara etimologi, puasa adalah menahan (الإمساك).
Secara terminologi, Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, dan hasrat seksual mulai terbit
fajar hingga terbenam matahari. Sedangkan menurut hukum syar’i, puasa adalah
menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa, dengan niat tertentu, mulai
dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.
Dalam puasa, ada beberapa keutamaan-keutamaan, antara lain, puasa
merupakan amalan yang bisa menghapus dosa yang dilakukan mukallaf. Puasa juga
merupakan ibadah yang istimewa, juga merupakan hikmah yang utama dalam
membentuk akhlak seorang manusia.
Berkaitan dengan kesehatan fisik dan psikis manusia, ada banyak
sekali hikmah puasa yang telah diteliti dan dibuktikan, beberapa diantaranya
adalah;
a.
Bagi kesehatan fisik
Bagi
kesehatan fisik, puasa sangat berpengaruh baik terutama bagi kesehatan organ
pencernaan. Dengan berpuasa, bisa juga menghindarkan kita dari berbagai macam
penyakit kulit, mencegah penuaan, dan penyakit jantung.
b.
Bagi kesehatan psikis
Puasa
dapat mengembalikan manusia kepada fitrahnya, yang mana sebelumnya seringkali
manusia berbuat maksiat yang sejatinya semakin menjauhkannya dari kefitrahannya
sebagai manusia. Puasa juga merupakan latihan pengendalian diri terhadap
berbagai tekanan/impuls yang bisa menyebabkan stress.
B.
Penutup
Alhamdulillahirobbil’alamin, demikian makalah yang dapat kami
susun, kami yakin masih banyak sekali kekurangan di sana-sini. Maka dari itu
kami harap ada kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sehingga apa
yang kami bahas dalam makalah ini dapat berkembang dan menambah wawasan dari
para pembaca sekalian. Terimakasih.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Musbikin Imam, Rahasia
Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Penerbit Mitra Pustaka, Yogyakarta
2004
As-Sahir, Ahmad Ibnu
Husain, Fathul Qorib, Maktabah Daar Ihya’i Al-Kutub Al-‘Arobiyah,
Jakarta
Muhaimin, B.A, Dkk.,
Fiqh, Penerbit Aneka Ilmu, Semarang 1995
As-Sayyid, Dr. Rasyad Fuad, Puasa Sebagai Terapi Penyembuhan
Berbagai Penyakit, Penerbit Hikmah, Jakarta 2004
[1] Dr. Rasyad Fuad As-Sayyid, Puasa
Sebagai Terapi Penyembuhan Berbagai Penyakit, Jakarta: Penerbit Hikmah PT
Mizan Publika, Cet. 1 2004, hal. 19.
[3] Muhaimin, B.A., dkk., Fiqh,
Semarang: Penerbit Aneka Ilmu, Cet. 1995, hal. 51
[4] Ahmad Ibnu Husain As-Sahir, Fathul
Qorib, Indonesia, Maktabah Daaru Ihya’i al-Kutub al-Arobiyah, hal. 25
[5] Imam Musbikin, Rahasia
Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Yogyakarta: Mitra Pustaka, Cet. 1
2004, hal. 2-9
[6] Muhaimin, B.A., dkk., Fiqh,
Semarang: Penerbit Aneka Ilmu, Cet. 1995, hal. 63
[7] Imam Musbikin, Rahasia
Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Yogyakarta: Mitra Pustaka, Cet. 1
2004, hal. 16
[8] Ibid, hal. 16
[9] Ibid, hal.17
[10] Muhaimin, B.A., dkk., Fiqh,
Semarang: Penerbit Aneka Ilmu, Cet. 1995, hal. 63
[11] Imam Musbikin, Rahasia
Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Yogyakarta: Mitra Pustaka, Cet. 1
2004, hal. 56
[12] Ibid, hal. 186
[13] Ibid, hal. 39-41
No comments:
Post a Comment
Pembaca Yang Baik Selalu Meninggalkan Jejak Yang Baik :)
Jangan Lupa Like Dan Komentarnya :)