Compiled by: ANDIKAMAULANA
A.
PENDAHULUAN
Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia,
di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti : Samudera Pasai dan
Aceh Darussalam (Sumatera), Pajang, Demak, Mataram, Cirebon, dan Banten
(Jawa), Banjar dan Kutai (Kalimantan),
Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwa (Sulawesi).
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah
kerajaan Samudera Pasai yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak
di pesisir timur laut Aceh. Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang
dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Di sini pula terletak ibu kotanya.
Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas Machmud
berpendapat, Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke 15 M, di atas puing-puing
kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497).
Sedangkan di Pulau Jawa juga berdiri kerajaan
Demak yang dipimpin oleh Raden Patah, kemudian berdiri pula Kesultanan Pajang
yang dipandang sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan Cirebon adalah
kerajaan Islam pertama di jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Gunung
Jati.
Di Kalimantan juga berdiri dua buah kerajaan
yaitu kerajaan Banjar yang rajanya bernama Sultan Suruiansyah, dan kerajaan
Kutai yang salah satu rajanya bernama Tuan di bandang atau lebih dikenal dengan
sebutan Dato’ Ri Bandang.[1]
Untuk lebih jelasnya simaklah isi makalah
berikut ini.
B. POKOK PEMBAHASAN
1. Kerajaan-Kerajaan
Islam Pertama di Sumatera
2. Tumbuh
dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa
3. Tumbuh
dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi
PEMBAHASAN
1.
Kerajaan-Kerajaan
Islam Pertama di Sumatera
a.
Samudera
Pasai
Kerajaan Pasai adalah Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan
ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculan pertama kalinya
diperkirakan abad ke-13 M, sebagai proses dari hasil Islamisasi daerah-daerah
pinggir pantai yang pernah disinggahi para pedagang-pedagang muslim sejak abad
ke-7, ke-8, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan ini adalah dengan adanya
nisan kubur yang terbuat dari batu granit asal Samudera Pasai. Dan nisan itu,
dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan
tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Malik Al-Shaleh adalah raja pertama kerajaan
tersebut dan merupakan pendiri kerajaan itu. Hal ini diketahui melalui tradisi
Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian atas
berbagai sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya Belanda,
seperti Snouck Hurgronye, J.P.Molquette, J.L.Moens, J.Hushoff Poll,
G.P.Rouffaer, H.K.J.Cowan, dan lain-lain.
Dari segi politik, munculnya kerajaan
Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan kerajaan
Sriwijaya, yang sebelumnya memeganag peranan penting di kawasan Sumatera dan
sekelilingnya.[2]
b.
Aceh
Darussalam
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama
Aceh Besar. Disini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan
ini muncul atau berdiri. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri pada
abad ke-15 M, diatas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah
(1465-1497). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam. Menurutnya pada masa
pemerintahannya, Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan
karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumya berdagang dengan Malaka
memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis pada
tahun 1511 M. sebagai akibat penaklukan Malaka Utara melalaui selat Karimata
dari Portugis itu, jalan dagang yang sebelumaya dari laut Jawa ke Sunda dan
menyusur pantai Barat Sumatera, kemudian ke Aceh. Dengan demikian Aceh ramai
dikunjungi saudagar dari berbagai negeri.[3]
2.
Tumbuh
dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa
a.
Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, kerajaan ini
muncul ketika melemahnya Raja Majapahit. Di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Walisongo
bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi Raja pertama kerajaan Demak. Gelar
Raden Fatah adalah Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin
Panatagama. Demak sebelumnya adalah Bintoro yang merupakan daerah vasal
Majapahit yang diberikan oleh Raja Majapahit kepada Raden Patah.
Pemerintahan Raden Patah berlangsung
kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16 M. Dikatakan, ia adalah
seorang anak Raja Majapahit dari seorang ibu muslim keturunan Campa. Ia
digantikan anaknya yang bernama Sambrang Lor, dikenal juga dengan julukan Pati
Unus. Menurut Tome Pires, Pati Unus baru berumur 17 tahun ketika menggantikan
ayahnya sekitar tahun 1507. Menurutnya tidak lama setelah naik tahta, ia
merencanakan suatu rencana serangan terhadap Malaka. Semangat perangnya
memuncak ketika Malaka ditaklukkan Portugis pada tahun 1511. Akan tetapi,
sekitar pergantian tahun 1512-1513, tentaranya mengalami kekalahan besar.
Pati Unus digantikan oleh Trenggono yang
dilantik sebagai Sultan oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul
Arifin. Ia memulai pemerintahan pada tahun 1524-1546. Pada masa Sultan Demak
yang ketiga inilah Islam dikembangkan keseluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke
Kalimantan Selatan. Penaklukan Sunda Kelapa berakhir tahun 1527 yang dilakukan
oleh gabungan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhilah Khan. Majapahit dan
Tuban jatuh ke bawah kekuasaan Demak diperkirakan pada tahun 1527 itu juga.[4]
b.
Pajang
Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris
kerajaan Islam di Demak. Kesultanan yang terletak di Kartasura sekarang itu
merupakan kerajaan Islam yang pertama yang terletak di pedalaman pulau Jawa.
Usia kesultanan ini tidak panjang, kekuasaaan dan kebesarannya kemudian diambil
oleh kerajaan Mataram.
Sultan atau Raja yang pertama adalah Jaka Tingkir yang berasal
dari Pengging, lereng gunung Merapi. Oleh Raja Demak ketiga yaitu Sultan
Trenggono, Jaka Tingkir diangklat sebagai Raja pajang setelah sebelumnya
dikawinkan dengan anak perempuannya.[5]
c.
Mataram
Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari
Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman
untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang. Sebagai hadiah
atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang
menurunkan Raja-raja Mataram Islam kemudian.
Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamanahan menempati Istana barunya di
Mataram. Dia digantikan putranya, Senopati, pada tahun 1584 dan dikukuhkan
sebagai Raja Mataram oleh Sultan Pajang.[6]
d.
Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam yang pertama di Jawa
Barat. Kerajaan ini didirikan oleh salah satu anggota Walisongo, yaitu Sunan
Gunung Jati.
Diawal abad ke-16, Cirebon merupkan daerah kecil dibawah kekuasaan
Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang juru labuhan disana
yang bernama Pangeran Walangsungsang, seorang tokoh yang mempunyai hubungan
darah dengan Raja Pajajaran.[7]
e.
Banten
Kerajaan di Banten merupakan perluasan Islam yang dilakukan oleh
kerajaan Cirebon yang dipimpin oleh Sunan Gunung jati. Perluasan wilayah itu
dimulai dengan pendudukan Sunda oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1527 M.[8]
3. Tumbuh
dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi
a.
Kalimantan
1.
Kerajaan Banjar di
Kalimantan Selatan
Kerajaan ini muncul
ketika terjadi peristiwa pertentangan dalam keluarga istana, antara Pangeran Samudera
sebagai pewaris sah kerajaann Daha, dengan pamannya yang bernama Pangeran
Tumenggung. Ketika Raja Sukarama hampir tiba ajalnya, Ia berwasiat agar yang
menggantikannya adalah cucunya Raden Samudera. Keempat putranya tentu tidak
menerima wasiat itu.
Pertentangan itu
menimbulkan keluarnya Pangeran Samudera dari kerajaan dan berkelana sampai ke
kerajaan Demak. Ia meminta bantuan disana, dan akhirnya kerajaan Demak mau
membantu pangeran Samudera asalkan dia mau menganut ajaran Islam dan akhirnya
berhasil dan kerajaan itu berkembang menjadi kerajaan Islam.[9]
2.
Kerajaan Kutai di
Kalimantan Timur
Menurut risalah Kutai,
dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada masa pemerintahan Raja Mahkota.
Salah seorang diantaranya adalah Tuan Bandang, yang dikenal dengan Dato’ Ri
Bandang dari Makasar, dan yang lainya adalah Tuan Tunggan Parangan. Setelah
pengislaman, Dato’ Ri Bandang kembali ke Makasar dan Tuan Tunggang kembali
ke Kutai dan melalui yang terakhir inilah Raja Mahkota tunduk kepada keimanan Islam.
Setelah itu, segera dibangun masjid sebagai tempat pengajaran agama Islam. Yang
pertama adalah Raja Mahkota sendiri, kemudian Pangeran, kemudian Para menteri,
panglima dan hulubalang dan akhirnya rakyat biasa. Hal ini terjadi pada tahun
1575 M.[10]
b.
Maluku
Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1406, Raja Ternate memeluk Islam,
nama raja itu adalah Vongi Tidore. Ia mengambil seorang istri keturunan Ningrat
Jawa. Namun raja yang benar-benar memeluk agama Islam adalah raja yang bernama
Zayn Al-Abidin pada tahun 1486-1500 M.[11]
c.
Sulawesi
Kerajaan Goa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang saling berbatasan,
biasanya disebut dengan kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di semenanjung
barat daya pulau Sulawesi. Kerajaan tersebut menerima ajaran agama Islam dari
Gresik atau Giri yang tersebar dalam proses Islamisasi diseluruh nusantara.
Kemudian kerajaan kembar Goa-Tallo menyampaikan “pesan Islam”
kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, yang lebih tua, Wajo, Soppeng, dan
Bone.[12]
KESIMPULAN
1. Kerajaan-kerajaan
Islam pertama di Sumatera
a. Samudera
Pasai
b. Aceh
Darussalam
2. Tumbuh
dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa
a. Demak
b. Pajang
c. Mataram
d. Cirebon
e. Banten
3. Tumbuh
dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi.
a. Kalimantan
1. Kerajaan
Banjar di Kalimantan Selatan
2. Kutai
di Kalimantan Timur
b. Maluku
c. Sulawesi
1. Gowa
2. Tallo
3. Bone
4. Wajo
5. Soppeng
6. Luwu
DAFTAR
PUSTAKA
Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah
Islamiyah II). Jakarta: Rajawali Pers.
Rasyid Rizani, S.HI., M.HI (Hakim pada Pengadilan Agama Bajawa – NTT). Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Sebelum Masa Penjajahan Belanda. http://konsultasi-hukum-online.com/2013/06/kerajaan-kerajaan-islam-di-indonesia-sebelum-masa-penjajahan-belanda/#.
12 November 2013.
[1]
Rasyid Rizani, S.HI., M.HI (Hakim pada Pengadilan Agama Bajawa – NTT). Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Sebelum Masa Penjajahan Belanda. http://konsultasi-hukum-online.com/2013/06/kerajaan-kerajaan-islam-di-indonesia-sebelum-masa-penjajahan-belanda/#.
12 November 2013.
[2]
Badri Yatim. Sejarah Peradaban
Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta: Rajawali Pers. 2011. Hlm. 205-208.
[3] Ibid. Badri Yatim. Hlm. 208-210.
[4] Ibid. Badri Yatim. Hlm. 210-212.
[5] Ibid. Badri Yatim. Hlm. 212.214.
[6] Ibid. Badri Yatim. Hlm. 214.215.
[7] Ibid. Badri Yatim. Hlm. 215-217.
[8] Ibid. Badri Yatim. Hlm. 217-219.
[9] Ibid. Badri Yatim. Hlm. 219-221.
[10] Ibid. Badri Yatim. Hlm. 221-222.
[11] Ibid. Badri Yatim. Hlm.222-223.
[12] Ibid. Badri Yatim. Hlm. 223-224.
JAzakallah akhi andika buat ilmunya, :-)
ReplyDeleteSama-sama :)
ReplyDeleteSemoga bermanfaat !
makasih ya izin copas
ReplyDeletethanks a lot, izin copy
ReplyDeleteterimakasih, blognya bermanfaat sekali gan
ReplyDeleteBagaimana dengan Kesultanan Bulungan. Kenapa tidak dimasukkan dalam senarai. Kok bisa dipadam fakta sejarah
ReplyDeletemakasih banyak ya
ReplyDeletesemoga bermanfaat ...
ReplyDeleteMksh info gan..
ReplyDeleteIjin share yaa..
Semoga bermanfaat, silahkan di share,,,
ReplyDeleteSemoga bermanfaat, silahkan di share,,,
ReplyDeletetrims untuk infonya
ReplyDeleteAssalamualaikum, izin copas boleh Akhi?
ReplyDelete