Sumber Gambar Disini
Compiled by: ANDIKA MAULANA
71 - (45) حدثنا محمد بن المثنى وابن بشار، قالا: حدثنا محمد بن
جعفر. حدثنا شعبة. قال: سمعت قتادة يحدث عن أنس بن مالك، عن النبي صلى الله عليه
وسلم قال:
"لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه (أو قال لجاره) ما يحب لنفسه".
"لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه (أو قال لجاره) ما يحب لنفسه".
71-(45).
Muhammad bin Al Mutsanna dan Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, keduanya
berkata: Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami, Syu’bah menceritakan
kepada kami, dia berkata: Aku telah mendengar Qatadah meriwayatkan (hadits)
dari Anas bin Malik, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian tidak beriman sampai dia mencintai
saudaranya (atau beliau bersabda, “{mencintai}
tetangganya) sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”[1]
72 - (45) وحدثني زهير بن حرب. حدثنا يحيى بن سعيد عن حسين المعلم، عن قتادة، عن أنس، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:
"والذي نفسي بيده! لا يؤمن عبد حتى يحب لجاره (أو قال لأخيه) ما يحب لنفسه".
72-(45).
Zuhair bin Harb menceritakan kepadaku, Yahya bin Sa’id menceritakan kepada
kami, dari Husain Al Muallim, dari Qatadah, dari Anas, dari Nabi SAW, beliau
bersabda, “Demi Dzat Yang jiwaku berada
di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman sampai dia mencintai tetangganya (atau
Rasulullah telah bersabda, “{sampai dia
mencintai} saudaranya) sebagaimana
dia mencintai dirinya sendiri.”[2]
v Keterangan
Hadits
(Salah
seorang dari kalian tidak beriman sampai dia mencintai saudaranya (atau beliau bersabda, “{mencintai} tetangganya) sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri). Demikianlah
redaksi yang disebutkan dalam riwayat Imam Muslim, yakni dengan menyebutkan
kalimat liakhiihi atau lijaarihi. Dalam hal ini periwayat ragu
di antara kedua lafazh tersebut. Demikian juga yang disebutkan dalam Musnad Abd bin Humaid, dimana dalam
riwayat tersebut juga disebutkan lafadz diatas, karena sang periwayat merasa
ragu.[3]
Sedangkan dalam riwayat Imam Bukhari, hanya mencantumkan kalimat liakhiihi, tanpa ada unsur keraguan.[4]
Para ulama berkata, “Makna
hadits di atas adalah seseorang tidak
akan memiliki keimanan yang sempurna, sebab pokok keimanan sudah bisa dicapai
oleh seseorang sekalipun tidak memiliki sifat yang disebutkan di dalam hadits
tersebut. Sedangkan makna mencintai saudaranya adalah pada hal-hal yang ada
kaitannya dengan ketaatan dan sesuatu yang hukumnya mubah {boleh}. Keterangan
ini bisa dilihat pada riwayat An-Nasa’i dalam hadits berikut, “{Salah seorang dari kalian tidak beriman}
sampai dia mencintai saudaranya dalam hal kebaikan sebagaimana dia mencintai
dirinya sendiri.”[5]
[1]
Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim (2),
diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi Soffandi dari “Shahih Muslim bi Syarh
An-Nawawi,” Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), Cet. I, h. 115.
[2]
Ibid. h. 115-116.
[3] Ibid.
h. 116.
[4] Ahmad
bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul
Bari, Juz I, (ttt: Darul Fikr, ttt), h. 56-57.
[5] Imam
An-Nawawi. Loc. cit.
No comments:
Post a Comment