Thursday, November 27, 2014

HADITS TENTANG PERSAUDARAAN

Sumber Gambar Disini

Compiled by: ANDIKA MAULANA


71 - (45) حدثنا محمد بن المثنى وابن بشار، قالا: حدثنا محمد بن جعفر. حدثنا شعبة. قال: سمعت قتادة يحدث عن أنس بن مالك، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:                              
"لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه (أو قال لجاره) ما يحب لنفسه".                                 

      71-(45). Muhammad bin Al Mutsanna dan Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami, Syu’bah menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku telah mendengar Qatadah meriwayatkan (hadits) dari Anas bin Malik, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian tidak beriman sampai dia mencintai saudaranya (atau beliau bersabda, “{mencintai} tetangganya)  sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”[1]

72 - (45) وحدثني زهير بن حرب. حدثنا يحيى بن سعيد عن حسين المعلم، عن قتادة، عن أنس، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:                                                                            
"والذي نفسي بيده! لا يؤمن عبد حتى يحب لجاره (أو قال لأخيه) ما يحب لنفسه".                    
      72-(45). Zuhair bin Harb menceritakan kepadaku, Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami, dari Husain Al Muallim, dari Qatadah, dari Anas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman sampai dia mencintai tetangganya (atau Rasulullah telah bersabda, “{sampai dia mencintai} saudaranya) sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”[2]

v  Keterangan Hadits
      (Salah seorang dari kalian tidak beriman sampai dia mencintai saudaranya (atau beliau bersabda, “{mencintai} tetangganya)  sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri). Demikianlah redaksi yang disebutkan dalam riwayat Imam Muslim, yakni dengan menyebutkan kalimat liakhiihi atau lijaarihi. Dalam hal ini periwayat ragu di antara kedua lafazh tersebut. Demikian juga yang disebutkan dalam Musnad Abd bin Humaid, dimana dalam riwayat tersebut juga disebutkan lafadz diatas, karena sang periwayat merasa ragu.[3] Sedangkan dalam riwayat Imam Bukhari, hanya mencantumkan kalimat liakhiihi, tanpa ada unsur keraguan.[4]
      Para ulama berkata, “Makna hadits di atas adalah seseorang tidak akan memiliki keimanan yang sempurna, sebab pokok keimanan sudah bisa dicapai oleh seseorang sekalipun tidak memiliki sifat yang disebutkan di dalam hadits tersebut. Sedangkan makna mencintai saudaranya adalah pada hal-hal yang ada kaitannya dengan ketaatan dan sesuatu yang hukumnya mubah {boleh}. Keterangan ini bisa dilihat pada riwayat An-Nasa’i dalam hadits berikut, “{Salah seorang dari kalian tidak beriman} sampai dia mencintai saudaranya dalam hal kebaikan sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”[5] 



[1] Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim (2), diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi Soffandi dari “Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi,” Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), Cet. I, h. 115.
[2] Ibid. h. 115-116.
[3] Ibid. h. 116.
[4] Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, Juz I, (ttt: Darul Fikr, ttt), h. 56-57.
[5] Imam An-Nawawi. Loc. cit. 

No comments: