Monday, February 15, 2016

AL-QUR’AN DAN ILMU HEWAN


Sumber Gambar Disini

Compiled by : ANDIKA MAULANA


I.                   PENDAHULUAN
Sudah tidak menjadi rahasia lagi bahwa mukjizat ilmiah dalam al-Qur’an laksana mata air yang tidak pernah kering. Setiap waktu, muncul penemuan-penemuan baru dan ketetapan-ketetapan ilmiah yang sebenarnya telah ditegaskan oleh Al-Qur’an sebelumnya sejak empat belas abad yang lalu.
Oleh karenanya, pantas kajian mukjizat ilmiah bersifat berkembang selama-lamanya. Observasi dan pembahasan ilmiah selalu menambahkan yang baru dari hakikat dan rahasia alam. Namun, semuanya telah terkandung dalam ayat-ayat yang senantiasa mengajak kita untuk meneruskan pembahasan dan pemurnian. Sehingga, kita bisa menemukan kisi-kisi mukjizat ilmiah di dalamnya.
Dalam makalah ini, akan dibahas sedikit dari sekian banyak mukjizat ilmiah yang ada dalam al-Qur’an, yaitu tentang ilmu hewan. Banyak penemuan-penemuan ilmiah tentang hewan yang telah ditemukan oleh para ilmuwan abad ini. Seperti anjing yang tidak memiliki kelenjar keringat melainkan hanya sedikit saja. Sehingga untuk menstabilkan suhu tubuhnya anjing selalu menjulurkan lidahnya. Ternyata hal ini telah diinformasikan oleh al-Qur’an 14 abad yang lalu. Untuk lebih jelasnya kami telah menguraikan masalah tersebut dalam makalah ini.

II.                POKOK PEMBAHASAN
a.       Tanda-Tanda Kebesaran Allah Pada Hewan
b.      Pembentukan Susu Dari Antara Kotoran Dan Darah
c.       Kekaguman Orientalis
d.      Unta
e.       Fakta Ilmiah Tentang Unta
f.       Anjing

III.             PEMBAHASAN
A.    Tanda-Tanda Kebesaran Allah Pada Hewan
Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 38:  
“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”
Semua hewan dan prilaku mereka telah diteliti dengan metode yang paling canggih. Bahkan, para ilmuan juga menggunakan satelit-satelit buatan untuk meneliti kehidupan hewan ini. Mereka pun telah sampai pada kesimpulan bahwa hewan-hewan tersebut terdapat pada tiga habitat kehidupan; udara permukaan bumi, dan perairan. Penelitian-penelitian itu senantiasa menemukan hal-hal baru setiap kali peralatan dan pengetahuan manusia bertambah maju. Di samping itu, penelitian-penelitian itu juga menemukan adanya suatu keteraturan yang sangat tinggi dalam kehidupan para penghuninya, yaitu keteraturan dalam hal migrasi, pertumbuhan, perlindungan diri, pencarian makanan, dan lain sebagainya.
Hewan-hewan merupakan lapangan yang terbuka bagi setiap orang yang ingin mempelajari keajaiban kehidupan di alam. Para ilmuwan memperkirakan jumlah hewan lebih dari dua juta famili. Dari jumlah itu, hanya sedikit saja yang sudah diteliti hingga sekarang. Dan dari penelitian yang sedikit ini didapat kesimpulan bahwa ada Allah yang telah menciptakan semua itu dan membuat teratur.[1]

B.     Pembentukan Susu Dari Antara Kotoran Dan Darah
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 66:

“Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.”
Kita sering melihat kambing, biri-biri, dan sapi sedang merumput, tetapi sangat jarang memikirkan hubungan antara proses merumput ini dengan susu dan produk susu yang kita konsumsi. Allah membuat mereka makan rumput, yang perubahan akhirnya adalah susu, salah satu sumber nutrisi pokok. William Harvey menemukan sirkulasi darah hampir satu millennium setelah Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah, belum ditemukan fakta bahwa darah membawa zat gizi dari makanan yang telah dicerna menjadi unsure-unsur dasar ke kelenjar susu untuk dijadikan air susu. Bahan baru ini – yang asalnya dari rumput lalu menjadi makanan tercerna dan darah.
Al-Qur’an tidak hanya menggambarkan kebenaran yang belum diketahui pada saat itu, tetapi juga memperlihatkan fakta agar kita mendapat pelajaran darinya. Darah mengumpulkan dan membawa substansi yang terbentuk oleh makanan tercerna menuju berbagai organ; di antaranya ke kelenjar susu. Proses ini dimulai ketika darah bersinggungan dengan isi usus halus pada dindingnya. Sebelum melanjutkan perjalanannya dibawa oleh darah, sebagian makanan yang telah tercerna diserap oleh usus halus. Informasi ini adalah hasil penelitian modern dalam bidang biologi, kimi, dan fisiologi saluran pencernaan.[2]

C.    Kekaguman Orientalis
Ketika membahas ayat di atas tadi (QS. An-Nahl ayat 66), Morris B, dalam buku Kajian Kitab-Kitab Suci dari Perspektif Ilmu Pengetahuan Modern mengatakan, agar kita dapat memahami ayat ini secara mendalam, kita harus merujuk kepada Ilmu Fisiologi atau Ilmu Faal (ilmu yang berkaitan dengan fungsi organ tubuh). Dalam Ilmu Faal dikatakan bahwa secara global, zat-zat penting yang dibutuhkan sebagai nutrisi tubuh berasal dari berbagai unsur yang terdapat dalam usus. Ketika zat-zat ini telah mencapai tahapan reaksi kimiawi tertentu, zat-zat ini menembus dinding usus kemudian masuk ke dalam sirkulasi sistemik tubuh.
Proses pengangkutan nutrisi ke dalam darah ini dapat berlangsung dengan dua cara. Pertama, secara langsung melalui pembuluh limfa. Kedua, secara tidak langsung, yaitu melalui sirkulasi enturo hepatis yang mengarahkan zat-zat ini ke liver (hati). Di dalam liver, zat-zat ini dimodifikasi. Setelah itu baru zat-zat ini masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Kelenjar susu memegang peranan kunci dalam menyediakan komposisi susu. Kelenjar ini ‘mengambil makanannya’ dari zat-zat hasil proses pencernaan yang dibawa oleh darah. Oleh karena itu, darah sebenarnya memiliki peran ganda. Di samping sebagai pengumpul, ia juga sekaligus distributor nutrisi makanan yang mensuplai kebutuhan kelenjar susu dan kelenjar serta organ tubuh lainnya.
Fakta-fakta ilmiah sedetail ini, oleh ilmu pengetahuan modern dianggap sebagai hasil penemuan ilmu kimia modern dan Ilmu Fisiologi Pencernaan. Tetapi, Morris B, berkeyakinan bahwa keberadaan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang proses terbentuknya susu ini tidak mungkin dapat dijelaskan dan diinterpretasikan secara objektif oleh orang-orang pada saat itu. Ini membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah.[3]

D.    Unta
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ghasyiyah ayat 17:
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,”
Ketika Allah mengajak kita untuk memperhatikan unta, pasti terdapat rahasia dan keajaiban dalam makhluk Allah yang satu ini. Salah satu indikasinya adalah bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi manusia yang telah berkembang dengan sangat pesat, hingga saat ini belum berhasil menyingkap semua misteri binatang ini.
Sangat disayangkan, ulama-ulama dan para ahli hadits kita yang terdahulu, kurang memperhatikan dan meneliti hewan ini. Padahal dalam surat Al-Ghasyiyah ayat 17-21 mendahulukan perintah untuk mengamati penciptaan unta dari perintah untuk mengamati penciptaan langit, gunung dan bumi. Allah berfirman dalam surat Al-Ghasyiyah ayat 17-21:
  
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,
18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
21. Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
            Ya, unta memang belum mendapatkan perhatian yang semestinya, belum ada penelitian ilmiah yang serius. Ini dapat dibuktikan dengan jumlah literatur mengenai unta yang masih sedikit. Unta masih menjadi misteri, terutama mengenai kemampuannya bertahan tanpa air untuk waktu lama yang sempat membingungkan para ilmuwan dan membuat mereka bertanya-tanya. Apa faktor penyebabnya? Apakah tubuh unta hanya membutuhkan sedikit air? Apakah unta menyimpan air dalam selnya untuk mengantisipasi kekurangan air di kemudian hari? Atau, apakah tubuhnya mampu memproduksi air ketika dibutuhkan?
            Saat ini, pakar di bidang fisiologi dan biologi telah berhasil mengungkap misteri ini. Para ilmuwan ini, saying semuanya berasal dari Barat, menemukan bahwa unta memiliki kemampuan untuk memproduksi air dari lemak yang terdapat di dalam punuknya melalui suatu proses kimia yang tidak dapat ditandingi oleh industri manapun di dunia ini. Pada akhirnya, semua ini kembali membuktikan kekuasaan Allah dalam menciptakan makhluk-makhluk-Nya.
Para pakar Fisiologi dan Kimia berpendapat bahwa bahan baku yang paling baik dan mudah didapatkan untuk membuat air adalah lemak dan karbohidrat. Alasannya, karena dari proses pembakaran kedua zat ini, tidak dihasilkan zat-zat lain kecuali air, CO2 (gas karbondioksida yang dikeluarkan dalam proses respirasi) serta energy dalam jumlah besar yang digunakan tubuh unta untuk melakukan berbagai aktifitasnya.
Unta menyimpan cadangan lemaknya bukan di bawah lapisan kulit seperti manusia. Sebab, jika unta menyimpannya di bawah kulit, suhu tubuhnya akan meningkat drastis dan hal ini dapat berakibat fatal. Akan tetapi, dengan kekuasaan Allah, lemak tersebut disimpan di punuk. Akibatnya, suhu tubuh unta tetap stabil dan terhindar dari dehidrasi karena keluarnya keringat secara berlebihan. Di samping itu, unta pun dapat menjaga kestabilan jumlah cairan di dalam tubuhnya.
Bukti kekuasaan Allah yang lainnya adalah jumlah cadangan lemak pada unta ternyata jauh melebihi jumlah cadangan lemak pada hewan-hewan lainnya. Sebagai perbandingan, Kharouf (sejenis domba dengan ekor berukuran besar) menyimpan cadangan lemak di ekornya seberat 11 kg. Sedangkan, unta menyimpan sekitar 120 kg lemak di punuknya, atau 10 kali jumlah cadangan lemak Kharouf . Dengan jumlah cadangan lemak sebanyak ini, unta dapat bertahan tanpa air selama satu setengah bulan.[4]

E.     Fakta Ilmiah Tentang Unta
Ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa unta memiliki kelebihan dibanding hewan-hewan lainnya dalam hal kemampuan menjaga kestabilan suhu tubuh. Unta termasuk hewan berdarah hangat. Ia memiliki cara tersendiri untuk menghindari suhu dingin. Ketika suhu udara dingin, pembuluh-pembuluh yang terdapat dalam kulitnya berkontraksi dan menciut sehingga kulitnya menjadi dingin. Dalam kondisi seperti ini, kulit unta berfungsi sebagai isolator agar hawa panas dalam tubuh tidak keluar. Sehingga, menghindari menurunnya suhu di dalam tubuh unta. Akan tetapi, jika setelah itu ia tetap kedinginan, maka tubuhnya akan menggigil hingga suhu tubuhnya kembali hangat.
Dibandingkan dengan hewan-hewan lain, unta memiliki daya tahan tubuh dan kemampuan adaptasi yang sangat tinggi terhadap perubahan suhu yang ekstrem seperti di lingkungan padang pasir. Akibatnya, unta mampu mengantisipasi perubahan suhu yang cukup drastis yang terjadi di dalam tubuhnya. Pada siang hari, tubuh unta mengantisispasi temperatur udara yang cenderung panas dengan meningkatkan suhu tubuhnya hingga mencapai 40,5 derajat celcius. Sedangkan, ketika cuaca dingin, unta mengantisipasinya dengan mentransfer panas tubuhnya keluar. Tubuh unta dapat bertahan terhadap perubahan suhu yang berkisar antara 35 hingga 40,5 derajat celcius.
Jika kita bandingkan dengan tubuh manusia, maka suhu tubuh manusia dalam kondisi normal adalah 37 derajat celcius. Penurunan atau peningkatan suhu tubuhnya walaupun sedikit, dapat menjadi indikasi bahwa orang tersebut sakit. Manusia mungkin akan mati jika suhu tubuhnya berfluktuasi seperti suhu tubuh unta, yang dapat berubah-ubah antara 35 hingga 40,5 derajat celcius tergantung temperatur udara sekitar.
Di samping itu semua, tubuh unta masih banyak menyisakan  misteri hingga saat ini belum dapat diungkapkan oleh ilmu pengetahuan modern. Ada beberapa rahasia yang telah terungkap tetapi belum dapat dijelaskan. Misalnya, mengapa sel-sel darah merah unta dan lama berbentuk sembarang, tidak berbentuk bulat seperti yang dimiliki hewan-hewan lainnya? Hingga saat ini belum ada seorang pun yang mengetahui jawabannya. Ini semua menunjukkan mukjizat ilmiah dalam ayat-ayat Al-Qur’an.[5]

F.     ANJING
Allah SWT berfirman dalam surat al-A’raf ayat 176:
“…. Tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”
Setelah empat belas abad sejak Al-Qur’an diturunkan, ilmu pengetahuan modern sampai pada sebuah kesimpulan yang menyatakan bahwa anjing tidak memiliki kelenjar keringat kecuali dalam jumlah yang sangat sedikit di bagian dalam telapak kakinya. Kelenjar-kelenjar ini tidak cukup membantu menjaga kestabilan suhu tubuh anjing. Karena, dungsi dasar dari kelenjar ini adalah untuk menstabilkan dan menurunkan temperatur di tubuh dan di sekitar tubuh anjing.
Kekurangan jumlah kelenjar ini, membuat anjing berusaha menurunkan temperatur tubuhnya dengan cara menjulurkan lidah. Karena pada saat itu lidah dan rongga mulut dapat melakukan kontak langsung dengan udara. Anjing melakukan hal ini dalam keadaan letih atau tidak.
Fakta ilmiah ini membuktikan tingkat keilmiahan ayat-ayat Al-Qur’an.[6]

IV.             KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a.       Allah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya pada Hewan seperti firman-Nya dalam surat al-An’am ayat 38: “Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”
b.      Allah memperlihatkan bagaimana keajaiban pembentukan susu dari antara darah dan kotoran sebagaimana firman-Nya dalam surat An-Nahl ayat 66: “Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.”
c.       Allah memerintahkan manusia untuk meneliti bagaimana unta diciptakan, karena unta memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh hewan-hewan lainnya. Seperti dalam firman-Nya surat al-Ghasyiyah ayat 17: “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,”
d.      Allah memperlihatkan kepada manusia bagaimana seekor anjing menstabilkan suhu dalam tubuhnya dengan menjulurkan lidahnya, dimana hal tersebut diketahui oleh manusia setelah 14 abad al-Qur’an diturunkan, seprti dalam firman Allah SWT dalam surat al-A’raf ayat 176: “…. Tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”

V.                DAFTAR PUSTAKA
Thayyarah, Nadiah, Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur’an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, diterjemahkan oleh M. Zaenal Arifin, dkk, dari “Mausu’ah al-I’jaz al-Qur’ani”, Jakarta: zaman, Cet. I, 2013.

Tasleman, Caner, Miracle Of The Quran: Keajaiban Al-Qur’an Mengungkap Penemuan-Penemuan Ilmiah Modern, diterjemahkan oleh Ary Nilandari dari “The Quran: Unchallengeable Miracle”, Bandung: Mizan, Cet. I, 2010.

Abdushshamad, Muhammad Kamil, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Alimin, Lc, M.Ag – Gha’neim Ihsan, Lc – Uzair Hamdan, Lc, dari “Al-Qur’an al-Karim: Al-I’jaz al-Ilmi fi al-Islam”, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, Cet. I, 2002.





[1] Dr. Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur’an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, diterjemahkan oleh M. Zaenal Arifin, dkk, dari “Mausu’ah al-I’jaz al-Qur’ani”, (Jakarta: zaman, 2013), Cet. I, h. 563-564.
[2] Caner Tasleman, Miracle Of The Quran: Keajaiban Al-Qur’an Mengungkap Penemuan-Penemuan Ilmiah Modern, diterjemahkan oleh Ary Nilandari dari “The Quran: Unchallengeable Miracle”, (Bandung: Mizan, 2010), Cet. I, h. 178-179.
[3] Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Alimin, Lc, M.Ag – Gha’neim Ihsan, Lc – Uzair Hamdan, Lc, dari “Al-Qur’an al-Karim: Al-I’jaz al-Ilmi fi al-Islam”, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2002), Cet. I, h. 160-161.
[4] Ibid. h. 161-163.
[5] Ibid. h. 163-165.
[6] Ibid. h. 165.

No comments: