Monday, February 15, 2016

RESPON FAZLUR RAHMAN TERHADAP ORIENTALIS


Sumber Gambar Disini

Compiled by: ANDIKA MAULANA


Fazlur rahman dalam pendahuluan bukunya, The Major Themes Of The Qur’an, menyebutkan tiga tipe karya orientalis tentang Al Qur’an. Pertama, karya-karya yang ingin membuktikan keterpengaruhan Al Qur’an oleh tradisi Yahudi dan Kristen. R. Bell dalam bukunya The Origin of Islam and it’s Christian Environment jelas sekali mengemukakan bahwa Islam tidak lain hanyalah kepanjangan dari agama Kristen, dan Al Qur’an hanyalah produksi Muhammad yang disusun berdasarkan tradisi bible yang sudah berkembang saat itu di kota Mekkah. Berkaitan dengan pandangannya itu, Bell mengelaborasi argument-argumen historis bahwa Muhammad, baik secara langsung maupun tidak, telah mengadopsi ajaran-ajaran Kristen ketika berhubungan dengan orang-orang Kristiani.[1]
John Wansbrough dengan metode Literary Critisism (kritik sastra) yang digabungkan dengan Historical Critisism (kritik sejarah) menyimpulkan dalam karyanya Qur’anic Studies bahwa Al Qur’an merupakan perpaduan dari berbagai tradisi, termasuk di dalamnya tradisi Yahudi, dan bahwa Al Qur’an bukanlah wahyu Tuhan, tetapi merupakan ciptaan manusia. Harris Birkeland ketika menafsirkan ayat satu sampai tiga surat al maun yang mengandung kecaman terhadap orang-orang yang menghardik anak yatim dan tidak mengasihi orang-orang lemah, mengatakan secara eksplisit, “And Mohammad must probably was under the influence of Cristian ideas concerning problems of that kind”. Pandangan ini merupakan Common of  View kalangan orientalis menunjukkan bahwa mayoritas para orientalis menolak transendensi asal usul Al Qur’an dan meyakini bahwa Al Qur’an adalah refleksi Nabi Muhammad tentang tradisi dan kondisi masyarakat arab pada saat itu, dan karenanya ia bersifat cultural dan intransenden.[2] 
Kedua, karya-karya orientalis yang lebih menekankan pada pembahasan sejarah dan kronologi-kronologi Al Qur’an. Berbeda dengan klasifikasi pertama yang menggunakan pendekatan Experiental historicism dimana sejarah Muhammad dan sejarah Al Qur’an dihubungkan dengan obyek-obyek eksternal, pendekatan yang diterapkan pada klasifikasi kedua ini lebih mengarah pada historisisme internal Al Qur’an. Data-data intrinsic lafaz-lafaz Al qur’an (Literary Forms) mendapat sorotan yang paling banyak dalam menentukan kronologi turunnya Al Qur’an.
Ketiga, karya-karya orientalis yang membahas tema-tema tertentu dari al Qur’an. Kategori ini biasanya menggunakan metode Croos refrentiallity of the Qur’an, dalam arti bahwa seluruh ayat yang berkaitan dengan topic tertentu digabungkan dan dikomparasikan dengan tujuan mendapatkan pengertian yang komprehensif. Metode ini tidak asing lagi bagi sarjana-sarjana Muslim (dalam bahasa Arab disebut At Tafsir al Maudhu’i). Meski demikian, kajian orientalis dalam hal ini seperti yang dilakukan oleh Kenneth Craagg dengan bukunya The mind of the Qur’an, tampaknya bertujuan untuk meyakinkan bahwa ajaran-ajarannya memiliki banyak kemiripan dengan ajaran injil, terutama yang berkaitan dengan moral.[3]
Namun, sayangnya karya yang terakhir (karya-karya orientalis yang membahas tema-tema tertentu dari al Qur’an) tidak begitu mendapatkan perhatian, kerana para orientalis berfikir bahawa tanggungjawab kaum Muslim yang harus mengkaji al-Qur’an sebagaimana yang diinginkan kitab suci ini.
Untuk tipe pertama, karya-karya yang ingin membuktikan keterpengaruhan Al Qur’an oleh tradisi Yahudi dan Kristen, Fazlur Rahman mengungkapkan untuk mendapat latar belakang histories harus dicari dalam tradisi arab sendiri bukan pada tradisi Yahudi dan Kristen, setelah sebelumnya menyatakan bahwa all religions are in history. Dari hal ini tampak bahwa al-Qur’an tetap transenden, tapi disesuaikan dengan masyarakat waktu itu.[4]

Sumber:

Syahiron Syamsuddin DKK, Hermeneutika Al Qur’an mazhab Yogya, (Yogyakarta, Islamika, 2003).

M. Alfatih Suryadilaga, Pendekatan Historis John Wansbrough dalam Studi al-Qur’an, mengutip dari Fazlur Rahman, Approach to Islam in Religious Studies, dalam Richard C. Martin, Approach to Religious Studies, (USA: The University of Arizona Press, 1985).


[1] Syahiron Syamsuddin DKK, Hermeneutika Al Qur’an mazhab Yogya, Yogyakarta, Islamika, 2003, hlm. 76
[2] Ibid, hal. 77.
[3] Ibid, hal. 78.
[4] M. Alfatih Suryadilaga, Pendekatan Historis John Wansbrough dalam Studi al-Qur’an, mengutip dari Fazlur Rahman, Approach to Islam in Religious Studies, dalam Richard C. Martin, Approach to Religious Studies, (USA: The University of Arizona Press, 1985), h. 202.

No comments: